Kursi Art Nouveau

Author: Kedai Barang Antik / Labels:

Dengan ciri bentuk yang tegas, elemen lengkung yang dikontraskan dengan garis lurus serta tetap dapat dijadikan sebagai bukti jejak kejayaan yang mewakili lapisan sejarahnya.

Nyatanya kursi ini masih kokoh dan bertahan lama, melintasi pergantian rezim dan abad. Salah satu dari sedikit yang tersisa dan terpelihara dengan baik.

Koleksi kursi bergaya Semarangan ini simpel dan kuat desainnya, banyak diterima oleh kalangan the have dan well-educated. 

Warna asli mulai tergradasi karena faktor usia dan pemakaian.

Sudut sandaran tangan kursi menunjang kenyamanan, proporsi badan dan posisi sandar sangat diperhitungkan.

Material konstruksi bentuk lengkung yang digunakan adalah kayu jati bidang lebar dan kualitas baik pada masanya.

Gaya Semarangan atau Art Nouveau kental dengan pengaruh Eropa, tak heran kalau seringkali terlihat mirip dengan gaya klasik.

Selain ergonomis, sudut kemiringan lengkung kursi menunjang kenyamanan. Sungguh menarik dan mengundang decak kagum.

Kelangkaan, orisinilitas dan usianya yang lebih dari 100 tahun ini membuatnya semakin menarik.

Ilustrasi gambar foto menunjukkkan bahwa perabot ini memang ditujukan untuk kalangan penguasa atau asisten residen dengan nilai-nilai budaya yang berlaku pada zaman itu.


Menyusuri Jejak Kursi Semarangan...

Gaya Semarangan atau Art Nouveau, demikian kita sering menyebutnya. Mempunyai ukuran T.97 cm (43 cm) x P.45 cm x L.52 cm. Tampilannya yang menarik dan tampak berumur menjadikannya barang collectible, karena sulit dicari.

Di awal abad ke-20 mebel ukir berhasil memasuki rumah-rumah hunian kalangan atas masyarakat kolonial.
Perabotan Art Nouveau yang bergaya klasik eropa tidak hanya indah dipandang mata tetapi juga tak lekang oleh waktu,

Produk mebel dihasilkan pada waktu itu antara lain berupa kursi dan bangku teras berukuran panjang yang dikombinasikan dengan rotan dan menyerupai kursi buatan industri mebel Moris & Co yang dibuat pada tahun 1893 di Eropa. Hal itu dapat dilihat pada alas duduk dan sandaran kursi dan juga meja tamu.

Jika dicermati detail uliran mengular, lengkungan, garis-garis yang tegas, kompoisisi asimetrik serta pola yang berkelak-kelok pun menjadi ciri khas penandaan gaya ini.

Bendera kolonial tak lagi berkibar, zaman boleh berganti, namun perabotan tua masih dibutuhkan dan digemari orang hingga abad ini. Anda akan merasakan nuansa masa lalu yang unik di dalamnya. Berminat ? SOLD OUT

Meja Bamboo Indische

Author: Kedai Barang Antik / Labels:

Dalam foto tersebut kita bisa melihat lagi bagaimana situasi masa lalu. Dalam kurun waktu 1905-1915, pemilihan perabotan rumah tangga meramaikan ekstravagansa masyarakat Indies. Era itu disebut sebagai masa keemasan eksotik Hindia Belanda.

Koleksi perabotan ini merupakan jejak sejarah yang merekam bentuk eksotisme nilai paduan gaya tradisional Tionghoa di bumi Nusantara pada masa kolonialisme.

Ornamen meja dengan pola desain bambu ini memiliki motif yang khas, menggunakan material tradisional dan metode pertukangan (craftmanship), pengaruh budaya Tionghoa.

Pertemuan antara esensi China dengan detail-detail Eropa ini telah menghadirkan pemahaman akan ekspresi klasik budaya Indies di masa itu.

Sehingga sampai kini pun warnanya tidak berubah. Penyimpanan dan perawatan menentukan keawetannya karena membeli langsung dari pemilik atau pewarisnya.

Pengaruh China dengan nilai-nilai sosiokultural, dapat juga terlihat pada desain meja segi 8 atau oktagon bergaya Indische ini.

Kayu jati masa lampau sangat kuat dan awet, serta tidak mudah berubah bentuk oleh perubahan cuaca. Kelebihan lain dari meja antik tersebut adalah bisa masuk dalam segala style desain interior.

Semakin tua usia kayu, warnanya akan semakin matang dan lama-kelamaan muncul patina atau tekstur kayu.

Aplikasi warna natural bertekstur serat kayu, membawa kesan sederhana, tetapi justru indah. Sungguh suatu selera perabotan bergaya Eurasia (Eropa Asia) yang penuh cita rasa, seolah bisa memutar waktu 100 tahun yang lampau.


Akulturasi Perabot Peranakan di Nusantara...
 

Langgam gaya Indies sebagai perpaduan akulturasi budaya Belanda , Tionghoa dan Jawa. Adanya percampuran budaya, membuat desain perabot di Indonesia menjadi fenomena budaya yang unik.

Ada yang istimewa dengan koleksi sebuah meja tua era kolonial ini. Usia dan desain antiknya, menjadi daya pikat tersendiri.

Bukan sekadar keindahan perpaduan dan komposisi ragam hias ornamen yang menarik diamati, tetapi juga semangat zaman yang dipancarkan oleh perabot meja yang berukuran T.67 cm x diameter 66 cm tersebut.

Pada masa Hindia Belanda, teknik pertukangan kaum China telah mewujudkan satu budaya yang unik dengan mengkekalkan banyak tradisi China, dengan mengikut budaya lokal dan juga koloni kebudayaan Eurasia (Eropa Asia)

Penyesuaian dan resapan budaya mereka terhadap suasana sosio budaya di era Dutch East Indies. Akulturasi dan proses hibrida panjang selama berabad-abad antara budaya pendatang Tionghoa dari Tiongkok, penduduk setempat dan Belanda yang saat itu berkuasa di Nusantara.

Status seseorang ditunjukkan melalui kualitas perabotan rumah tangga yang dipakai. Sekilas saja melihatnya, anda pasti setuju bahwa perabotan ini memiliki sentuhan sisa peninggalan Hindia Belanda dan membongkar memori masa lampau. Mau ??? SOLD OUT

Kursi Nederlandsche-Indische

Author: Kedai Barang Antik / Labels: ,

Dapat disimpulkan bahwa koleksi ini memang ditujukan untuk masyarakat kalangan menengah ke atas yang tampaknya sudah ada pada tahun 1900-an.

Berburu kursi Indisch semacam ini, bukanlah perkara mudah. Memiliki kualitas yang terjaga dalam originalitas, tak banyak yang tersisa dari desain kursi kuno ini.

Pengaruh dari gaya desain Indies yang berkembang pada periode tahun 1900 sampai 1910-an.

Kayu tua memiliki patina indah dan terlihat benar-benar menakjubkan dalam originalitas. Usia dan desain antiknya, menjadi daya pikat tersendiri.

Pola geometris atau bunga ornamen sebuah sintesis dari budaya Timur dan Eropa.

Tekstur material dipertahankan seperti aslinya, meskipun kasar namun menunjukkan proses alamiah yang terjadi pada perabotan tersebut, sehingga kita seakan terlempar ke awal abad ke 20.

Gayanya yang rumit, namun terkadang menyimpan makna tinggi bagi setiap orang yang melihatnya.

Bentuk kaki bagian depan kursi berciri khas Indisch atau disebut gaya Indo-Eropa dengan bentuk streamline (terlihat langsing dan kurus).


Gaya Perabot Klasik Abad Pertengahan....

Sekian lama dijajah oleh Belanda, meninggalkan jejak yang tak pernah hilang, sampai sekarang. Inilah karakteristik desain furniture dari era Dutch East Indies.

Mungkin, perabot kursi tua ini tak menarik bagi para sebagian orang yang biasanya mencitrakan sebuah perabotan modern kekinian namun, di mata kolektor pernik Dutch East Indies, paduan gaya Art Nouveau, Colonial Revival dan Sheraton Style yang melekat dengan elegan di perabot tua ini menjadi magnet yang mempunyai pesona tersendiri.

Dilihat dari segi gaya struktur desain, terdapat kesesuaian dengan model mebel di Perancis pada jaman Louis XIV. Mengingat Perancis pernah berkuasa di Jawa dan Daendels sebagai seorang Gubernur Jenderal yang mewakili pemerintahan Napoleon di Jawa.

Prinsip dasar model Perancis adalah merubah bentuk kaku dan garis lurus, menjadi bentuk yang lembut atau luwes.Gayanya yang rumit, namun terkadang menyimpan makna tinggi bagi setiap orang yang melihatnya.

Padukan beberapa furniture untuk memoles ruangan menjadi lebih cantik. Misalnya, di antara sofa yang desainnya modern, bisa ditambahkan sebuah kursi antik berukuran T.110 cm (48 cm) x P.45 cm x L.50 cm ini sebagai focal point. Berbahagialah jika anda masih menyimpan barang langka ini. Tertarik ?? SOLD OUT